Senin, 12 Agustus 2013

Snow White: A Tale of Terror (1997)




Sebagian besar orang pasti tumbuh dengan ditemani cerita dongeng sebelum mereka tidur, dan tentu sudah banyak yang mengenal dongeng-dongeng semacam Cinderella, Putri Tidur, Pangeran Katak dan tentunya, Putri Salju. Dalam versi pada umumnya, diceritakan bahwa Putri Salju adalah gadis malang yang sudah tak beribu dan ketika ayahnya menikah lagi, ibu tirinya adalah seorang perempuan jahat yang tiap hari selalu bertanya pada cermin ajaibnya di kamar mengenai siapa wanita tercantik di dunia (dalam beberapa versi menjadi ‘wanita tercantik di seluruh negeri’) dan dia senang ketika cermin itu selalu menjawab bahwa dialah wanita paling cantik di dunia. Suatu ketika, si cermin menjawab dengan kata-kata yang ditakutinya, bahwa anak tirinya memiliki kecantikan yang melebihi kecantikannya sendiri. Maka, sang Ratu pun berusaha membunuh Putri Salju dengan mengupah seorang pemburu untuk membunuh si Putri di tengah hutan. Namun karena pemburu itu tak tega, maka ia pun menyuruh sang putri lari dan ia membunuh seekor rusa yang hatinya ia persembahkan kepada Ratu sebagai ganti hati sang putri yang diminta oleh Ratu. Kita semua tahu bagaimana akhirnya bahwa sang Ratu yang tahu saingannya masih hidup, berusaha membunuhnya sekali lagi dengan menyamar sebagai nenek tua yang memberikan sebutir apel merah yang ternyata adalah apel beracun (dalam dongeng asli, ia mencoba membunuh Putri Salju sebanyak 3x dengan 3 barang yang berbeda: sisir emas, ikat pinggang kain dan apel); dan bahwa sang putri disangka sudah mati sehingga ia dimasukkan dalam peti kaca yang indah dan ciuman dari seorang pangeran tampan akhirnya menyadarkannya kembali (dalam versi asli, bukan ciuman sang pangeran yang membuatnya bangun melainkan karena salah seorang kurcaci pengangkut peti matinya tersandung sewaktu hendak membawa peti kaca itu ke pemakaman sehingga potongan apel beracun yang menyumbat tenggorokannya terlontar keluar dan ia bisa hidup lagi); lalu sang Ratu jahat mati tersambar petir dan jatuh ke jurang (versi asli menyatakan bahwa Ratu dihukum memakai sepatu besi yang panas membara sehingga ia terus menerus menari karena kesakitan sampai mati). Dan ‘happily ever after’ alias bahagia selamanya. Selesai. Itulah gambaran umum tentang cerita Putri Salju yang kita kenal.
Tapi kisah semanis itu tak akan anda temui dalam film berikut yang diangkat berdasarkan dongeng yang sama karangan Grimm bersaudara ini.

Snow White: A Tale of Terror adalah film horor produksi 1997 yang memang masih didasarkan pada cerita dongeng yang sama dengan bintang Sigourney Weaver, Sam Neill dan bintang remaja yang kemudian melejit lewat serial Dawson’s Creek, Monica Keena. Musik dalam film ini digarap oleh komposer John Ottman. Dan yang terutama, meski kisah ini didasarkan pada dongeng populer anak-anak, namun film ini tidak ditujukan untuk anak-anak karena di dalamnya ada banyak adegan dan dialog berbau kekerasan, seks, darah, humor yang sadistik dan sarkatik, serta jalan cerita yang terlalu berat dan gelap untuk diikuti anak-anak.

Seperti yang dikatakan di atas, alasan film ini mencantumkan tagline "The fairy tale is over" karena ini bukanlah dongeng/film yang mengisahkan cerita manis yang mengharubiru ataupun cocok untuk konsumsi anak-anak/segala umur. Meski menerima berbagai review, baik negatif maupun positif, namun film ini memperoleh pujian karena tetap mempertahankan ‘formula’ khas dan tema gothic yang pekat serta gelap, yang pernah ada dalam dongeng-dongeng anak-anak zaman dahulu.    

Plot
Sepasang suami-istri, Lilliana(Joanna Roth) dan Friederick Hoffman (Sam Neill), diserang oleh segerombolan serigala saat melintasi hutan dan kereta mereka mengalami kecelakaan fatal akibat serangan tersebut. Lilliana yang tengah mengandung anak pertama mereka, meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Namun, sebelum ia mati, ia memaksa suaminya, Friederick, untuk mengoperasinya dengan operasi Caesar guna menyelamatkan bayi perempuan mereka, Liliana, yang masih berada dalam kandungannya. Tujuh tahun kemudian, Liliana Hoffman (kadang ia juga dipanggil Lilli—tokoh Putri Salju dalam film ini, meski ia tak pernah dipanggil ataupun disebut secara langsung sebagai Putri Salju di sepanjang film)—sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang manis dan lincah. Suatu ketika, Lilli(Taryn Davis) diberitahu bahwa ayahnya akan menikah lagi dan ia sudah membawa pulang calon ibu tiri Lilli yaitu Lady Claudia (Sigourney Weaver). Dengan enggan, Lilli menyambut kedatangan calon ibu barunya bersama dengan seluruh penghuni rumah. Sebagai hadiah perkenalan, Claudia memberikan seekor anak anjing Rottweiler yang lucu pada calon anak tirinya; meski senang dengan pemberian Claudia, namun Lilli tak mau mengucapkan terima kasih kepadanya. Bahkan di malam upacara kamar pengantin ayahnya, dengan sengaja Lilli menumpahkan anggur pemberkatan pernikahan dari gelas upacaranya ke wajah Claudia.

Semula tak ada yang salah dengan Claudia. Ia berusaha untuk menjadi ibu yang baik bagi anak tirinya dan menjadi istri yang pantas untuk Friederick. Namun Lilli tak pernah mau menerima ataupun membuka hati terhadap ibu tirinya. Ia menjadi makin segan dan menjaga jarak terhadap Claudia ketika salah seorang pengasuhnya ditemukan tewas secara misterius ketika secara tak sengaja ia membuka lemari rias antik berisi cermin tua peninggalan ibu Claudia. Ketika Lilli beranjak remaja, diadakanlah sebuah pesta meriah di rumahnya yang dihadiri oleh orang-orang terkemuka dari kalangan bangsawan. Menjelang pesta, Claudia memberikan gaun warisan ibunya kepada putri tirinya dan memintanya untuk mengenakannya sebagaimana ia dulu pernah memakainya ketika remaja. Namun Lilli menolak dan malah memilih memakai gaun peninggalan ibunya sendiri dan berdandan layaknya perempuan dewasa. Melihatnya tampil cantik dan dewasa, ayah Lilli sangat senang karena Lilli sangat mirip dengan ibunya dan membuatnya teringat kembali dengan mendiang istri pertamanya, lalu mereka mulai berdansa. Namun tidak demikian halnya dengan Claudia. Ia melihat penampilan dan kecantikan Lilli sebagai suatu ancaman baru bagi dirinya karena semua orang, terlebih suaminya, dirasanya tak lagi memperhatikannya lagi dan lebih memperhatikan Lilli. Ia yang selama ini jadi pusat perhatian, kini diabaikan dan tak dipuja lagi. Lagipula saat melihat kedekatan Lilli dan ayahnya, Claudia menjadi sadar bahwa selamanya tak ada tempat untuknya di antara mereka berdua dan Lilli selamanya tidak akan mau membagi cinta dan kasih sayang ayahnya dengannya. Dalam gejolak amarah dan kecemburuannya itulah, Claudia melahirkan anaknya secara prematur dan sayangnya, bayi lelakinya ini lahir dalam keadaan meninggal dunia. Dokter yang kemudian merawat Claudia, memberitahu Friederick bahwa Claudia tak akan pernah bisa punya anak lagi. Berita ini merupakan suatu pukulan berat bagi Claudia yang ingin menyenangkan hati suaminya dengan melahirkan anak lelaki untuknya. Akibat dari penderitaan batin yang bertubi-tubi menimpanya, Claudia kehilangan kecantikannya dan wajahnya nampak tua dan kuyu. Dalam keadaan putus asa, ia memandang ke dalam cermin rias warisan ibunya. Tiba-tiba saja cermin itu memperlihatkan sosok dirinya yang dulu, yang cantik, muda serta penuh gairah. Sosok kembaran dirinya itu kemudian berbicara kepadanya, mengatakan bahwa semua musibah itu adalah karena gara-gara anak tirinya, Liliana, dan menghasut Claudia untuk membalas dendam pada Lilli. Batin Claudia yang limbung pun akhirnya terpengaruh dan ia termakan hasutan cermin itu. Maka mulailah ia menyusun rencana balas dendam pada Lilli.

Claudia menyuruh adiknya yang bisu bernama Gustav(Misroslav Taborsky) untuk membunuh Lilli di suatu hutan dan membawa jantungnya untuk Claudia. Namun Lilli berhasil meloloskan diri dari Gustav. Untuk menipu kakaknya, Gustav menyembelih seekor babi dan memberikan jantung binatang itu kepada Claudia, yang mengira bahwa itu memang betul-betul jantung anak tirinya. Claudia menyuruh Gustav untuk menaruh sebagian dari jantung itu ke dalam masakan sebab ia ingin memakannya sedangkan sisanya ia simpan untuk mandi karena ia yakin bila ia mandi darah Lilli maka dia akan kembali menjadi muda dan cantik. Namun cermin ajaib Claudia mengatakan bahwa Gustav telah berbohong padanya dan bahwa Lilli masih hidup. Saat Claudia mengetahui hal ini, dengan murka ia menggunakan ilmu sihirnya untuk meneror adiknya dan akhirnya memaksa Gustav yang ketakutan untuk bunuh diri.

Sementara itu, di dalam hutan Lilli bertemu dengan tujuh orang penambang ketika ia secara tak sengaja tidur dalam reruntuhan gereja tua tempat mereka tinggal. Orang-orang ini adalah orang-orang yang divonis bersalah baik oleh hukum maupun oleh pihak gereja dan mereka telah dikucilkan dari masyarakat. Akhirnya, meski enggan, mereka membiarkan Lilli menginap di situ walau mereka tahu bahwa ia adalah anak dari salah satu dari sejumlah tuan tanah dan bangsawan yang mereka benci. Ketika salah seorang dari antara mereka mencoba memperkosa Lilli, pimpinan mereka, Will (Gil Bellows), bahkan menolong Lilli.

Saat Claudia tahu bahwa Lilli masih hidup, dia menggunakan kekuatan sihirnya untuk mencoba membunuh Lilli berkali-kali, namun tak berhasil dan malah mencelakai serta membunuh beberapa orang penambang. Dan atas bujukan cermin ajaibnya, Claudia membuat suaminya yang sedang sakit (Friederick terjatuh dan mengalami patah tulang saat mencari putrinya yang hilang di hutan) menjadi lumpuh, mengubah semua pelayan di rumah itu menjadi seperti mayat hidup yang hanya mematuhi perintahnya serta menggoda tunangan Lilli yang tampan, Dr. Peter Gutenberg. Dan untuk bisa membangkitkan kembali anaknya yang sudah mati, Claudia mengambil darah dan sperma suaminya yang sudah tak berdaya lalu menyatukannya dengan sihir kegelapan yang dikuasainya. Anak Claudia hidup kembali meskipun wujudnya belum sepenuhnya sempurna.

Di lain tempat, Lilli dan Will merasa sangat sedih dengan kematian kawan-kawan mereka dan Lilli menjadi makin simpati pada Will saat dia tahu nasib menyedihkan yang dialami Will. Keluarga Will mati dalam suatu kebakaran dan luka di wajah Will adalah akibat ia berkelahi dengan salah seorang pejuang perang salib meski perkelahian itu timbul bukan karena kesalahan Will. Saat itu pula Lilli dan Will akhirnya sama-sama menyadari bahwa mereka mulai saling jatuh cinta…

Merasa usahanya selama ini selalu gagal, dengan ilmu sihirnya Claudia merubah dirinya menjadi seorang nenek tua yang buruk rupa, dan menyihir jantung adiknya yang sudah mati menjadi sebutir apel beracun. Dengan memanfaatkan situasi saat Lilli sendirian, ia menemui gadis itu. Setelah berbincang dan bergurau sejenak dengan Lilli, Claudia menyerahkan apel beracun itu pada Lilli dan menyuruh gadis itu memakannya. Saat Lilli memakan apel itu, ia tersedak lalu ‘pingsan’. Saat ditemukan oleh Will, ia menyangka Lilli benar-benar sudah mati karena tubuh gadis itu sudah kaku dan ia tak bernafas lagi. Dr. Gutenberg (David Conrad), tunangan Lilli yang masih terus mencari keberadaan kekasihnya, tiba di tempat itu dan setelah memeriksa keadaan Lilli, ia menyatakan Lilli sudah meninggal. Saat upacara penguburan, melalui tutup peti kaca jenazah Lilli, Will yang jeli bisa melihat bahwa mata Lilli terbuka dan ia belum mati. Dengan segera, Will melompat ke dalam liang kubur dan menarik tubuh Lilli dari dalam peti matinya, lalu mengguncang-guncang tubuh gadis itu dengan keras sehingga Lilli terbatuk lalu melontarkan potongan apel yang menyumbat tenggorokannya dan ia bisa kembali bernafas.

Kemudian Lilli, Gutenberg dan Will kembali ke mansion keluarga Hoffman untuk membuat perhitungan dengan Claudia serta membebaskan ayah Lilli dari cengkeraman Claudia. Namun sesampainya di sana, mereka menjumpai bahwa rumah yang dulu terang dan penuh dengan gelak tawa para pelayan sekarang menjadi sunyi, gelap dan angker, apalagi saat Lilli mendapati seluruh penghuni rumah, termasuk anjing piaraan Lilli, berada di bawah kendali Claudia yang sekarang menjadi makin gila dan tak terkendali. Dalam suatu kesempatan, Claudia bahkan berhasil membunuh Dr. Gutenberg dengan melempar pria itu keluar dari jendela menara. Setelah melewati berbagai rintangan, Lilli berhasil menemukan Friederick yang tak berdaya dan berada di bawah kendali sihir istrinya, sehingga ia tak mengenali putrinya lagi. Lilli kemudian meminta Will untuk segera membawa ayahnya keluar dari mansion itu, sedangkan ia sendiri akan mencari Claudia dan berhadapan langsung dengan ibu tirinya itu. Berhasilkah Lilli mengalahkan ibu tirinya dan membebaskan ayahnya dari pengaruh sihir Claudia? Lalu bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Will?

Review

Film Snow White: A Tale of Terror ini merupakan karya sutradara Michael Cohn dan debut pertama aktris Monica Keena dalam dunia perfilman. Sebetulnya, peran Liliana tadinya hendak diserahkan pada Alicia Silverstone yang saat itu sedang ngetop sebagai bintang remaja namun karena suatu alasan, ia tidak bisa menerima peran tersebut sehingga akhirnya peran itu jatuh ke tangan Monica Keena melalui suatu audisi ketat. Demi memerankan Liliana, Monica mengecat rambutnya yang kecoklatan dengan warna hitam supaya sesuai dengan deskripsi sosok Putri Salju yang ada dalam dongeng.

Walaupun menuai banyak kritik yang mengatakan bahwa film ini kurang bagus, menurut saya film ini cukup berhasil mengangkat tema ‘gelap’ yang memang ada dalam dongeng aslinya. Selama ini, banyak orang mengira bahwa cerita Snow White adalah cerita manis yang cocok untuk anak-anak dan berakhir dengan ‘happily ever after’ (apalagi ketika Disney membuat cerita dongeng ini ke dalam bentuk animasi dengan judul yang sama). Padahal sebenarnya tidak. Banyak sekali dongeng yang sebetulnya berisikan tema ‘gelap’ yang menyeramkan untuk anak-anak, contoh: Hansel & Gretel, yang bertemakan kanibalisme meski berakhir bahagia, Si Tudung Merah, yang aslinya mati dimangsa serigala (namun dirubah endingnya karena dirasa terlalu seram untuk anak-anak), Putri Duyung yang sebetulnya selalu menyembunyikan sebilah pisau di balik rambutnya yang indah untuk membunuhi orang-orang yang mengetahui rahasia keberadaan bangsa duyung dan istana ayahnya dan akhirnya ia bunuh diri dengan pisau itu ketika pangeran tak membalas cintanya dan menikahi gadis lain, dan masih banyak lagi.

Saya masih ingat ketika nenek saya dulu menceritakan versi asli dongeng Putri Salju ini menjelang tidur sewaktu saya masih kecil. Dia menceritakan kisah ini apa adanya dan tidak ditutup-tutupi dan hal ini sempat membuat saya menjadi ragu, benarkah cerita-cerita mengerikan itu adalah dongeng untuk anak-anak? Mengapa seram sekali (terutama cerita dongeng tentang Cinderella, di mana kedua saudara tirinya yang cantik tapi pendengki itu berusaha memasukkan kaki mereka ke dalam sepatu emas yang dibawa pangeran untuk mencari putri misterius yang membuatnya jatuh cinta. Kedua gadis itu melakukan hal yang ekstrim dan juga sadis hanya supaya mereka bisa terpilih oleh pangeran (dan dari sini lahirlah kata-kata ‘No pain, no beauty’). Si sulung memotong jempol kakinya supaya muat namun gagal karena burung-burung ajaib sahabat Cinderella memperingatkan pangeran. Si bungsu menggilas kakinya, atau dalam beberapa versi malah memotong tumitnya, agar kakinya cukup muat dalam sepatu mungil itu meski pada akhirnya ia juga gagal karena burung-burung ajaib memperingatkan pangeran)? Pertanyaan itu akhirnya terjawab setelah saya membaca bahwa dongeng-dongeng itu tidak semata ditujukan untuk menghibur anak-anak saja namun juga berfungsi sebagai suatu ‘indoktrinasi’ dan kritik sosial bagi masyarakat mengenai peristiwa yang sedang terjadi dalam masyarakat seperti isu kesetaraan gender sampai pada isu sentimen rasisme yang waktu itu marak.

Lalu dari segi akting, saya rasa akting para pemainnya terutama aktris senior macam Sigourney Weaver. Dia berhasil menampilkan sosok ibu tiri yang lain. Claudia tidak jahat awalnya. Ia nampaknya juga memiliki masa lalu yang menyedihkan. Semasa muda, Claudia tidak akur dengan ibunya yang seorang penyihir. Ia tak mau berakhir seperti ibunya dan berusaha hidup lebih baik. Karena itulah, ia berusaha menjadi ibu sekaligus istri yang baik bagi keluarga barunya. Namun ia akhirnya menjadi jahat karena menyadari bahwa Lilli tak mau membagi kasih sayang ayahnya dan berusaha merebut segalanya darinya yaitu perhatian ayahnya dan posisi nyonya rumah. Selama ini, ia selalu tampil cantik, dikagumi dan menjadi pusat perhatian. Hal yang sebelumnya tak pernah ia nikmati ketika ibunya masih hidup dulu. Selain itu, sebagai seorang wanita yang dibesarkan dalam budaya patriarkis, Claudia tahu bahwa dia tidak akan pernah bisa memenangkan hati suaminya seutuhnya apabila dia tidak bisa memberikan seorang anak lelaki sebagai penerus keluarga. Namun ketika anaknya mati dan dia melihat bagaimana Lilli telah merebut perhatian ayahnya serta perhatian para tamu darinya, Claudia merasa dunianya yang baru, yang bebas dari bayang-bayang dominasi ibunya, terancam runtuh. Apalagi saat ia tahu suaminya ternyata masih tak bisa melupakan mendiang istri pertamanya, dan Lilli membangkitkan kembali kenangannya bersama sang istri dengan mengenakan pakaian serta berdandan seperti ibunya, Claudia pun sadar bahwa sedari awal, ia tidak pernah dianggap ada maupun diterima dalam keluarga mereka. Dan saat ia melihat bahkan kecantikannya pun kini sudah hilang, maka Claudia seperti orang yang sudah didorong sampai ambang batas. Dalam keputusasaannya itulah, kegelapan dalam hatinya, yang ditampilkan sebagai sosok kembaran dirinya dalam cermin itu, perlahan mulai menguasai dirinya dan mengambil alih kesadaran nuraninya. Weaver, sebagai seorang aktris yang mumpuni, berhasil membawakan dan menampilkan perubahan psikologis Claudia dengan amat baik.

Monica Keena juga cukup berhasil menampilkan sosok si Putri Salju Liliana tidak sebagai gadis manis, lembut, pasrah dan penurut seperti dalam cerita animasi Disney. Sosok ‘Putri Salju’ Keena tidaklah sebersih salju ataupun bulu domba yang tanpa cela. Sedari awal, Liliana tidak menyukai kehadiran Claudia yang dianggapnya sebagai pesaing dalam memperebutkan kasih sayang ayahnya. Selain itu, ia nampaknya menganggap Claudia sebagai pengganggu serta perusak kenangan almarhumah ibunya yang hidup dalam rumah itu dan dalam dirinya. Oleh karena itu, ia selalu menampik setiap uluran persahabatan yang ditawarkan Claudia kepadanya, termasuk ketika Claudia menghadiahinya dengan gaun peninggalan nenek tirinya. Ketika Lilli memilih memakai gaun peninggalan ibunya dan tampil di pesta dengan dandanan mirip ibunya, ia sebetulnya secara tak sadar dan tak langsung menyatakan bahwa ia tidak hanya tak pernah mau menerima Claudia sebagai bagian dari keluarganya tapi juga tak mau mengakui kedudukan Claudia sebagai nyonya atas rumah keluarga mereka dan ia tak akan pernah mau membagi kasih sayang ayahnya dengan Claudia. Sikapnya yang antagonis inilah yang akhirnya membuat Claudia merasa terancam, terlebih karena wanita itu tak memiliki seorangpun yang benar-benar menyayanginya, sedangkan Lilli hidup dalam kelimpahan kasih sayang ayahnya dan seisi rumah. Saat ia menyadari bahwa sikapnya yang demikian membuat Claudia tertekan dan menyesalinya, semua sudah terlambat. Claudia sudah terlanjur membencinya dan bahkan ingin membunuhnya. Walau ada beberapa orang mengatakan akting Keena masih kurang di sini, tapi saya rasa dia sudah cukup bagus memerankan Liliana yang nampak cantik, polos namun ternyata juga merupakan sosok yang agak ‘abu-abu’ dan bukan tipikal sosok heroine ‘tanpa cela’ seperti dalam kebanyakan film bertema serupa.
Yang agak disayangkan mungkin penampilan Sam Neil yang kurang mendapat porsi banyak, karena kisah terlalu berfokus pada Lilli dan Claudia. Untuk akting Gill Bellows sebagai Will, pimpinan dari 7 penambang yang jatuh cinta pada Lilli, bisa dibilang tidak mengecewakan; sedang performa David Conrad sebagai Dr. Peter Gutenberg, tunangan Liliana yang tampan bisa dibilang oke dan cukup eye-candy walau ada beberapa adegan di mana dia kelihatan datar dan kurang menjiwai karakternya.

Overall, dari seting, kostum, soundtrack, dan performa para aktris dan aktornya sudah cukup bagus. Yang kurang mungkin hanya plot cerita yang agak terlalu cepat (mungkin karena durasi yang terbatas) dan bolong di beberapa tempat sehingga agak tidak nyambung dan membuat bingung karena agak tidak masuk logika. Tapi secara umum menurut saya, film ini cukup bagus, menarik dan menghibur karena menawarkan sisi lain, terutama sisi gelap, dari suatu dongeng terkenal anak-anak yang selama ini tidak atau jarang diketahui oleh kebanyakan orang. Snow White: A Tale of Terror is truly a terror within a fairy tale! Kalau anda mengharapkan bahwa kisah ini akan sama manisnya dengan versi animasi Disney, buang jauh-jauh harapan itu dan saya sarankan jangan menontonnya karena dijamin anda akan kecewa berat! Karena seperti yang dikatakan melalui tagline film ini ‘The fairy tale is over!’                     

Notes:
·       Sebagai catatan tambahan: dalam dunia medis, kondisi di mana Liliana nampak seperti orang mati padahal sesungguhnya ia masih hidup, disebut dengan ‘Locked-in Syndrome’. Penderita sindrom ini sebetulnya sadar dan tahu apa yang sedang terjadi di sekitarnya namun ia ‘terpenjara’ dalam tubuhnya sendiri dan tidak bisa berkomunikasi secara verbal dengan orang lain serta tidak mampu menggerakkan hampir seluruh tubuhnya, kecuali kedua matanya.
·       Sosok Putri Salju sendiri kabarnya didasarkan pada dua orang wanita yang benar-benar ada dalam sejarah:

1.     Margarete von Waldeck, gadis cantik yang hidup di abad pertengahan. Margarete dianggap sebagai sosok model Putri Salju karena kisah hidupnya banyak memiliki persamaan dengan Putri Salju. Sama seperti Putri Salju, gadis ini dikaruniai kecantikan yang luar biasa sehingga banyak pria terpikat padanya, termasuk Raja Philip II dari Spanyol yang kemudian menjadi kekasihnya. Dan seperti halnya Putri Salju pula, Margarete memiliki seorang ibu tiri dan hubungannya dengan ibu tirinya tidak berjalan dengan baik. Di kota Waldeck, tempat Margarete tinggal terdapat suatu tambang di mana para pekerjanya adalah anak-anak kecil yang disebut oleh penduduk setempat sebagai ‘dwarf’ alias ‘kurcaci’ seperti kurcaci pekerja tambang dalam cerita Snow White. Margarete pindah dari kota kelahirannya, Waldeck, ke Brussel ketika berusia 17 tahun dan bertemu dengan Phillip di sana. Setelah menjalin kasih cukup lama, Phillip berniat menikahi wanita ini karena ia sungguh-sungguh mencintainya. Sayangnya wanita cantik ini meninggal dunia secara misterius ketika usianya baru 21 tahun dan dari surat-surat terakhirnya, disimpulkan bahwa ia nampaknya diracuni oleh sejumlah bangsawan yang tak mengingini Phillip menikahi gadis yang tak bisa memberikan keuntungan apa-apa, baik secara politis maupun finansial, untuk mereka.
2.     Maria Sophia Margaretha Catharina von Erthal, gadis bangsawan cantik yang lahir di Lohr am Main, suatu daerah di Jerman yang diyakini sebagai tempat kelahiran tokoh Putri Salju. Maria Sophia lahir pada tahun 1729 dan sebagaimana halnya Putri Salju, Maria Sophia sudah kehilangan ibu kandungnya pada tahun 1741. Ketika ayahnya menikah lagi 2 tahun kemudian, ibu tiri Maria Sophia tidak bersikap baik terhadap putri tirinya dan selalu mendominasi serta berusaha mencari keuntungan bagi dirinya dan anak-anaknya sendiri dengan memanfaatkan posisi dirinya sebagai istri baru ayah Maria Sophia.    
  




Kamis, 08 Agustus 2013

Dark Tales (1996)





Dark Tales (斋) adalah serial televisi keluaran TVB, Hongkong, yang disiarkan mulai 18 Maret 1996 sampai dengan 5 Mei 1996. Serial sepanjang 75 episode dan berdurasi 45 menit ini mengisahkan kisah-kisah supranatural klasik yang diangkat dari enam cerita lepas dari sepuluh buku pertama dari kumpulan cerita ternama Kisah-kisah Aneh Liaozhai atau Liaozhai Ziyi (Strange Stories from a Chinese Studio) yang ditulis oleh seorang penulis dari jaman Dinasti Qing yang bernama Pu Songling dan dibintangi oleh bintang-bintang ternama baik dari Hongkong maupun Taiwan. Serial ini diproduseri oleh Lau Sze-yu dan Chou Ling-kang dan mengambil lokasi syuting di Hongkong dan Taiwan. Berikut ringkasan tiap kisahnya:

(Catatan: meski cerita tiap part berbeda dan tidak saling berkaitan, TVB mengkasting pemain-pemain yang sama untuk memerankan tokoh yang berbeda-beda dalam tiap kisah jadi jangan heran kalau aktor/aktris yang sudah muncul di kisah sebelumnya, bisa muncul lagi di cerita berikut dengan peran yang berbeda-beda).



Part I (Episodes 1–5)

Part I (流光情劫; secara harafiah berarti "Stealing Love Through Time" atau “Cinta Yang Melewati Batas Waktu)
Kisah ini diadaptasi dari cerita berjudul Putri Keluarga Lu (Mr. Lu's Daughter (魯公女)).

Chang Yu-dan (Jamie Weng) adalah seorang tabib baik hati yang sering memberikan pengobatan gratis bagi pasien tidak mampu dan menyayangi serta menolong semua mahluk hidup. Ia tinggal di dekat gunung yang didiami oleh rusa-rusa keramat sehingga pemburu pun tidak berani masuk ke sana apalagi sampai membunuhi rusa yang tinggal di sana. Tiap hari, ia bertengkar dengan Lu Chin-tsai (Cynthia Khan), putri keluarga kaya bermarga Lu karena Chang selalu berusaha menghalangi Lu Chin-tsai membunuhi rusa-rusa di gunung itu sedangkan Nona Lu selalu memburu mereka demi mencarikan obat bagi ayahnya yang terkena penyakit aneh yang membutuhkan darah rusa segar sebagai obatnya. Namun meski mereka kerap bertengkar, sebetulnya Chang sangat menyukai Nona Lu dan begitu pula sebaliknya.

Suatu kali saat mencarikan obat untuk mengobati kelumpuhan yang diderita janda muda You Feng-wen (Chao Chung), ibu dari kedua anak angkatnya, Ming (Yip Jan-wa) dan Cheng (Yip Yung), Chang bertemu dengan Pangeran Ketiga (Garry Chan), putra dari Raja Siluman Rusa (Chan Chung-gin) penguasa Gunung Menjangan, tempat Nona Lu berburu rusa setiap hari. Sebagai rasa terima kasih karena telah membantu melepaskan dan melindungi sanak saudara maupun anak-anaknya yang diburu oleh Nona Lu, Pangeran itu memberikan tanduk rusa miliknya sebagai obat bagi kaki You Feng-wen. Tapi ia juga memperingatkan Chang agar segera memberitahu Nona Lu agar tidak terus memburu dan membantai semua rusa di gunung itu atau ia akan menemui nasib naas. Tapi usaha Chang memperingatkan Keluarga Lu sia-sia belaka karena tak seorang pun mempercayai perkataannya dan bahkan Chang dipukuli dan diusir dengan kasar.

Ternyata kekhawatiran Chang menjadi kenyataan. Nona Lu yang berburu rusa hari itu mengalami kecelakaan. Ia ditemukan dalam keadaan terluka parah dan sekarat di tepi sungai setelah sebelumnya mengejar rusa raksasa yang sebetulnya adalah jelmaan Pangeran Ketiga. Oleh para pegawai dan pengiringnya, Nona Lu dibawa ke klinik Chang untuk mendapatkan pertolongan namun sayangnya sudah terlambat. Nona Lu menghembuskan nafas terakhir tanpa sempat mengatakan perasaannya pada Chang. Kematian Nona Lu ternyata berdampak pula pada ayahnya, yang sangat menyayangi putri satu-satunya yang sangat berbakti ini. Ia juga meninggal menyusul putrinya tidak lama kemudian.

Chang sangat sedih atas kematian Nona Lu dan dengan sukarela membantu keluarga Lu mengurus pemakaman Tuan Lu dan putrinya walaupun ditentang oleh You Feng-weng yang diam-diam mulai mencintai Chang dan cemburu pada almarhumah Nona Lu. Tiap malam, Chang dan para pendeta mendaraskan sutra bagi arwah Nona Lu 548 kali dengan harapan arwah gadis itu dapat segera bereinkarnasi. Dan berkat bantuan Pangeran Ketiga, yang sudah diberitahu oleh Chang mengenai alasan sebenarnya Nona Lu memburu rusa di gunungnya, Nona Lu akhirnya bisa menampakkan diri dan bercakap-cakap dengan Chang. Karena sangat mencintai Nona Lu, meski tahu bahwa kini gadis itu sudah menjadi arwah, ia pun melakukan pernikahan arwah dengan roh gadis itu dengan memakai media boneka. Feng-weng yang cemburu, menaruh tiga patung Bodhisattva di dalam kamar pengantin sehingga arwah Nona Lu tak bisa masuk sehingga Chang mengira istrinya sudah menipunya dan tak peduli lagi padanya. Namun karena melihat Chang sangat rindu pada Nona Lu, Feng-weng yang tidak tega akhirnya menyuruh Chang melakukan ritual pemanggilan arwah di luar kamar. Usulnya berhasil dan Nona Lu akhirnya bisa menampakkan diri dan mereka saling melepas rindu. Malam itu, ternyata Nona Lu juga hendak berpamitan karena esok malam pada tanggal 16 bulan 8, ia akan terlahir kembali sebagai Lu Han-chu, putri dari seorang pejabat kementrian bermarga Lu di Provinsi Hubei. Sebelum pergi, ia meminta Chang untuk berjanji agar menjemputnya lagi 18 tahun kelak di tanggal dan bulan yang sama dan menikahinya. Semula Chang menolak, karena ia tahu usianya saat itu sudah 30 tahun lebih dan 18 tahun kelak ia pasti sudah jadi tua, bungkuk dan lemah. Ia tak ingin merepotkan Nona Lu dan juga merasa tak pantas menikahi gadis itu karena usia mereka pasti akan sangat berbeda jauh. Namun akhirnya ia setuju karena sambil menangis, Nona Lu mengancam akan bunuh diri dengan menghancurkan rohnya sendiri lagipula ia sendiri juga tak mau kehilangan gadis itu. Setelah berjanji, mereka pun akhirnya berpisah.

Sembari menunggu saat pertemuan itu 18 tahun kemudian, Chang berusaha membuat obat awet muda dan panjang umur agar ia bisa menghentikan penuaan dirinya, supaya kelak jika mereka bertemu lagi, Nona Lu akan mengenalinya. Demi memperoleh hasil yang memuaskan, tanpa kenal lelah ia menghabiskan waktunya untuk mencari bahan obat yang langka dan mencari berbagai resep agar dapat menghentikan penuaannya dan memperpanjang umurnya, dan mulai mengabaikan pasien-pasiennya serta uluran cinta dan kasih sayang yang tulus dari Feng-wen dan kedua anaknya yang kini mulai beranjak dewasa. Tapi sayang usaha Chang sia-sia belaka. Seiring dengan bertambahnya usia, tubuh dan wajahnya menjadi makin keriput dan lemah padahal hari pertemuan yang dinantikannya sudah makin dekat dan ia makin putus asa sampai suatu kali Pangeran Ketiga muncul kembali untuk menolongnya...

Dengan cara apa Pangeran Ketiga menolong Chang Yu-dan untuk mengembalikan kemudaannya? Lalu bagaimana dengan Feng-weng yang mencintai Chang dengan tulus? Akankah Nona Lu bisa mengenali dan mengingat Chang Yu-dan lagi setelah 18 tahun lamanya mereka berpisah?

 

Part II (Episodes 5–10)


Part II (俠女田郎; secara harafiah artinya Heroine Tian atau Pendekar Wanita Tian) yang diadaptasi dari kisah Tian Chi-lang (田七郎).

Saat berburu di hutan di dekat kaki gunung dan hampir saja celaka gara-gara amukan kudanya, hartawan Wu Cheng-hsiu (Cheung Siu-fai) diselamatkan oleh Tian Chi-lang (Chin Siu-ho), seorang pemburu handal yang tinggal di wilayah itu. Sayang Tian Chi-lang segera menghilang setelah menolong Wu Cheng-hsiu. Karena sangat penasaran mengenai siapa orang yang telah menolongnya, Wu Cheng-hsiu mencari tahu. Akhirnya ia tahu kalau Tian Chi-lang lah penolongnya dan berkunjung ke rumah si pemburu. Tian Chi-lang ternyata masih memiliki seorang ibu (Chen Sha-li) dan seorang istri bernama So So (leung Yuk-gan) yang lemah dan sakit-sakitan. Sehari-harinya, Tian Chi-lang dan keluarganya hidup dari hasil buruan yang dibawa oleh Tian Chi-lang yang tidak seberapa banyak untuk menghidupi mereka apalagi untuk membeli obat bagi penyakit So So. Melihat kondisi keluarga ini yang memprihatinkan, Wu Cheng-hsiu menawarkan agar Tian Chi-lang mau menerima uang darinya sebagai hadiah karena telah menolongnya waktu itu. Namun, sebagai pria yang jujur dan bermartabat, Tian Chi-lang menolak uang tersebut karena ia menolong dengan niat tulus tidak ada motivasi lain. Lagipula ia tidak mau hidup dengan belas kasihan orang lain meski kondisi mereka sangat memprihatinkan.

Karena Tian Chi-lang terus menolak pemberiannya, akhirnya Wu Cheng-hsiu menawarkan suatu pekerjaan yaitu memburu harimau dan kulitnya akan dibeli oleh Wu Cheng-hsiu. Tian Chi-lang setuju dan mulai memburu harimau tersebut. Demi mempererat tali persahabatan, ia mengundang Tian Chi-lang ke rumahnya untuk ikut perjamuan yang dihadiri oleh keluarga Wu Cheng-hsiu, adik ipar Wu yang cantik dan pandai main kecapi, Su Yue (Chao Chung), dan pejabat setempat yang licik dan kejam, Yan Tao-sheng (Chen Hung-lieh) dan putranya yang sombong tapi berilmu tinggi yaitu Yan Hou (Derek Kok). Melihat kecantikan Su Yue, Tuan Yan tergiur dan ingin menjadikan gadis itu istrinya.

Dalam pesta itu, terjadi keributan antara Tian Chi-lang dan Yan Hou dikarenakan kecongkakan Yan Hou yang memandang rendah kemampuan dan kedudukan Tian Chi-lang hanya karena ia adalah seorang pemburu sederhana yang tinggal di gunung namun Tian Chi-lang berhasil mengalahkan dan bahkan mempermalukan Yan Hou di pesta itu sehingga menimbulkan dendam dan ketidak sukaan di antara mereka. Merasa malu dan gusar karena dikalahkan oleh pemburu kasar yang dianggapnya tidak punya derajat tinggi, Yan Hou dan ayahnya meninggalkan pesta namun mereka diserang oleh seorang pembunuh misterius berbaju hitam. Pembunuh itu tak berhasil melukai Tuan Yan Tao-sheng namun berhasil meloloskan diri dari sergapan para pengawal Tuan Yan walaupun terluka oleh lemparan senjata rahasia Yan Hou yang beracun.

Ternyata pembunuh itu tanpa sengaja lari sampai ke rumah Tian Chi-lang dan ditemukan oleh ibu Tian Chi-lang dan So So. Meski tahu bahwa orang asing ini mungkin saja adalah penjahat, namun So So dan mertuanya yang baik hati tetap merawat si pembunuh yang ternyata adalah seorang wanita bernama Liu Mu-lian (Cynthia Khan). Liu Mu-lian berusaha membunuh Yan Tao-sheng karena Yan Tao-sheng telah memfitnah keluarganya demi merebut kedudukan ayahnya serta merampas 7 mutiara naga emas yang dimiliki keluarga itu sebagai pusaka keluarga karena ia ingin mengambil hati Kaisar (Jack Wong) yang sudah lama menginginkan pusaka langka tersebut. Akibat fitnahan Tuan Yan, seluruh Keluarga Liu dihukum mati. Hanya Liu Mu-lian saja yang berhasil lolos sambil membawa kepingan terakhir dari mutiara naga emas pusaka keluarganya. Namun meski berkali-kali mencoba, Liu Mu-lian gagal membunuh Yan Tao-sheng karena selain pengawalan ketat yang ada di sekeliling Tuan Yan dan karena ketangguhan ilmu Yan Hou, Tuan Yan sendiri juga selalu memakai baju zirah emas yang tidak mempan ditembus senjata apa pun.

Akibat senjata rahasia beracun yang dilemparkan Yan Hou, Liu Mu-lian sekarat karena keracunan. Demi menyelamatkan nyawanya, So So bersikeras menghisap racun dari tubuh Liu Mu-lian sehingga dirinya keracunan dan meninggal dunia. Merasa bersalah karena telah mengakibatkan So So tewas, Liu Mu-lian tinggal bersama dengan keluarga Tian Chi-lang dan mengabdi pada mereka sebagai ganti So So. Semula Tian Chi-lang kurang suka dengan kehadiran Liu Mu-lian meski ia tidak membenci gadis itu karena telah menyebabkan istrinya meninggal. Namun lama-kelamaan, ia dan ibunya bisa menerima Liu Mu-lian sebagai bagian dari keluarga mereka dan bahkan mulai jatuh hati pada Liu Mu-lian. Namun ia tetap menolak ketika Liu Mu-lian menawarkan dirinya untuk menggantikan So So yang telah meninggal sebelum sempat memberikan anak lelaki yang sangat diharapkan oleh Tian Chi-lang…

Sementara itu, Keluarga Wu Cheng-hsiu akhirnya terlibat masalah dengan Yan Tao-sheng. Dengan kelicikannya, Yan Tao-sheng membuat Wu Cheng-hsiu ditangkap dengan tuduhan percobaan pembunuhan terhadap dirinya dan bersekongkol dengan Tian Chi-lang untuk mencelakakan Tuan Yan. Wu Cheng-hsiu sendiri dipenjarakan dan semua harta kekayaan berikut rumahnya disita sedangkan Su Yue yang sempat melarikan diri berhasil diringkus dan dibawa kepada Tuan Yan, yang kemudian menawarkan suatu perjanjian pada gadis itu: jika Su Yue mau menerima pinangan Tuan Yan, maka Tuan Wu akan dibebaskan. Meski Su Yue sebetulnya mencintai kakak iparnya, Wu Cheng-hsiu, namun dia tahu dirinya tidak punya pilihan lain. Maka ia pun mengajukan tiga syarat sebelum mau menerima pinangan Tuan Yan…

Para pengawal Tuan Yan juga pergi ke rumah Tian Chi-lang untuk menangkap Tian Chi-lang dan keluarganya. Namun karena sudah menduga hal ini akan terjadi, Tian Chi-lang mengungsikan ibunya ke rumah seorang kenalannya dan menyembunyikan Liu Mu-lian di gunung dekat rumahnya karena tahu orang-orang keluarga Yan dan Lin Er (Joseph Lee), pelayan keluarga Wu yang berkhianat dan bekerja sama dengan Yan untuk menjatuhkan tuannya, terus mengawasi rumahnya. Mereka menghabiskan malam bersama di gunung itu layaknya suami istri karena akhirnya Tian Chi-lang menyadari bahwa ia memang benar-benar telah jatuh hati pada Liu Mu-lian. Namun tanpa setahu dirinya, Liu Mu-lian sendiri ternyata telah memiliki rencana lain untuk menyelamatkan keluarga Tian serta menolong Su Yue, yang ternyata adalah kenalannya di masa silam…

Apa rencana Liu Mu-lian untuk menolong mereka? Bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Tian Chi-lang? Bagaimana dengan nasib Tuan Wu dan keluarganya juga Su Yue? Lalu apakah ketiga syarat yang diajukan oleh Su Yue itu?                             
                  
Part III (Episodes 11–15)
Part III (古劍幽靈; secara harafiah berarti "Ancient Ghost Sword" atau “Pedang Hantu”) yang diadaptasi dari Kisah Chin Sheng-se (金生色).

Meski dirinya adalah seorang pejabat pengadilan, Chin Sheng-se (Jamie Weng) adalah orang yang jujur dan bersih. Karena itu, meski dirinya masih bersaudara ipar dengan Mu Ma-biao (Derek Kok), dari keluarga Mu yang sangat terpandang di kota tempatnya tinggal, Chin Sheng-se tidak pernah bersedia membantu saudaranya apabila Mu Ma-biao terlibat masalah dengan orang lain. Suatu kali, ketika sedang menghadiri sebuah perayaan di suatu rumah bordil terkemuka atas undangan seorang kawan, Chin Sheng-se menolong seorang gadis bisu bernama Siao Wen (Nana Chiang) yang merupakan pelayan di tempat itu. Gadis malang itu dipukuli dan hendak dijadikan pelacur sebagai ganti dari para pelacur top yang disekap karena tak mau melayani tamu-tamu penting. Siao Wen dihajar dan hendak dijadikan pelacur pengganti karena ia melepaskan mereka sebab tidak tega melihat mereka terus dijadikan sapi perah oleh mucikari sekaligus pemilik rumah bordil. Demi menolong gadis ini, Chin Sheng-se rela memberikan semua uang yang diperolehnya hari itu untuk menebus Siao Wen dan membawa pulang gadis itu ke rumahnya sebagai pelayan baru untuk membantu pekerjaan ibunya (Kwan Yi) yang sudah tua dan juga meringankan tugas istrinya, Mu Yue-chin (Elizabeth Lee) dalam mengurus anaknya yang masih bayi. Walaupun ia pria yang baik, namun istrinya, Mu Yue-chin adalah perempuan cerewet, galak dan mata duitan yang tak pernah puas dan selalu mengeluh mengenai keadaan mereka yang miskin dan tidak punya pelayan serta tak bisa menikmati makanan enak akibat sikap Chin Sheng-se yang terlalu jujur dan tidak mau menerima suap sehingga mereka selalu hidup berkekurangan.

Suatu kali, Chin Sheng-se diminta oleh salah seorang kenalan untuk menengahi pertikaian antara keluarga Mu dan keluarga Tung mengenai pembagian daerah pelabuhan di kota itu. Namun dengan tegas, Chin Sheng-se menolak menerima suap dari putra Keluarga Tung, Tung Kwai (Joseph Lee) agar membantunya memenangkan kasus ini. Tapi dia tidak tahu, bahwa di belakang punggungnya, Mu Yue-chin yang tamak dan rakus telah menerima suap berupa uang dan bahan makanan mahal dari Tung Kwai dan bahkan menjalin hubungan gelap dengan pemuda mata keranjang ini. Tidak lama setelah peristiwa perseteruan ini dimulai dan istrinya berselingkuh, Chin Sheng-se kerap diganggu mimpi buruk mengenai dirinya dan istrinya. Mimpi buruk itu makin parah setelah ia melihat dan mengagumi pedang kuno yang kebetulan baru saja diperoleh sahabatnya, Kapten Wang Hsiung (Chan Wing-chun) saat sedang menggali halaman rumahnya untuk menanam pohon. Pedang tersebut adalah pedang peninggalan Raja Goujian dari Kerajaan Yue yang diberikan sebagai persembahan bagi musuhnya, Raja Fuchai dari Wu, dari Zaman Peperangan periode Musim Gugur dan Musim Semi. 

Sikap Chin Sheng-se yang menolak untuk berat sebelah dalam menengahi kasus perebutan pembagian wilayah pelabuhan telah membuat Keluarga Tung dan atasannya sendiri gusar sehingga mereka juga berniat menyingkirkannya. Akhirnya, ia pun dipenjarakan karena tak mau membantu atasannya korupsi. Setelah beberapa minggu, ia kemudian dibebaskan.

Karena sangat ingin bebas dari kemiskinan selamanya dan supaya bisa bersama dengan Tung Kwai, maka Mu Yue-chin dan Tung Kwai berencana meracuni Chin Sheng-se dengan memanfaatkan kesukaan Chin Sheng-se akan minuman teh. Rencana mereka diketahui oleh Siao Wen, yang sangat menyayangi dan berhutang budi pada Chin Sheng-se, sehingga ia berusaha memperingatkan Chin Sheng-se dan ibunya, namun sayangnya karena tak bisa berkata-kata, peringatannya tak digubris. Dan suatu kali, karena gundah mengenai kasus perebutan pelabuhan dan kemungkinan bahwa istrinya berselingkuh dengan pria lain, akhirnya Chin Sheng-se tanpa sengaja masuk perangkap dan meminum teh beracun tersebut. Meski tak mati seketika itu juga, kondisi tubuhnya memburuk apalagi diam-diam ternyata Mu Yue-chin meracuni pula obat yang diminum suaminya. Melalui isyarat dari Siao Wen, ia akhirnya tahu bahwa istrinya memang benar telah berselingkuh dengan Tung Kwai dan mereka sering bertemu diam-diam di rumah pelacuran tempat di mana Siao Wen dulu bekerja. Marah dan gusar, Chin Sheng-se meminjam pedang kuno di rumah Wang Hsiung lalu mengamuk di rumah pelacuran tersebut. Sayangnya karena kondisinya yang kian melemah akibat racun yang menggerogoti tubuhnya, Chin Sheng-se tak dapat membela dirinya dengan baik dan tewas karena tembakan panah Tung Kwai yang tepat menembus jantungnya. Namun karena sudah menduga bahwa kemungkinan ia akan mati dalam waktu dekat ini, ia menyuruh Siao Wen menemui seorang pendeta Tao berilmu tinggi agar bisa membantunya balas dendam apabila seandainya ia tewas nanti. Pendeta itu kemudian memberikan jimat dan ilmu penuntun agar Chin Sheng-se bisa membalas dendam meski ia sudah mati. Dan berkat bantuan Siao Wen serta mantra si pendeta, roh Chin Sheng-se berhasil merasuk ke dalam pedang kuno peninggalan Fuchai tersebut dan mulailah ia membalas dendam serta menuntut keadilan…

Bagaimana cara Chin Sheng-se menuntut balas dan mencari keadilan atas kematiannya yang tidak wajar sedangkan ia sudah menjadi hantu? Bisakah ia membalas perlakuan istrinya yang tidak setia kepadanya dan juga membalas dendam kepada Tung Kwai yang telah membunuhnya? Lalu bagaimana dengan nasib keluarganya dan juga Siao Wen?  
       
Part IV (Episodes 16–20)
Part IV (狐仙報恩; yang berarti "Fox Spirit Repays Debt" atau “Siluman Rubah Membalas Budi”) yang diadaptasi dari Kisah Siao Chui (小翠).

Keluarga Wang yang cukup terpandang di kota itu memiliki seorang anak laki-laki yang tampan dan sudah cukup umur untuk menikah bernama Wang Yuan-feng (Gallen Lo). Namun sayangnya tidak ada seorang gadis pun mau dipersunting oleh keluarga Wang dikarenakan cacat mental yang diderita oleh Wang Yuan-feng.

Pada suatu kali, sebuah keributan mempertemukan Wang Yuan-feng dengan gadis cantik putri penjual kipas keliling bernama Siao Chui (Grace Yu). Ibu Siao Chui, Madam Yu (Lily Lieu), menawarkan putrinya untuk menjadi istri Wang Yuan-feng dan keluarga Wang tidak perlu membayar mahar untuk mereka. Madam Yu hanya meminta agar Siao Chui diterima baik dan dianggap sebagai anggota keluarga Wang. Meski keheranan, kedua orang tua Yuan-feng, Wang Tai-cheng (Chen Hung-lieh) dan istrinya (Chen Sha-li), merasa sangat senang dengan penawaran ini apalagi hari itu hari pernikahan Yuan-feng dan mereka tak mau mendapat malu gara-gara mempelai wanita yang sedianya hendak dinikahi Yuan-feng hari itu malah melarikan diri karena tidak mau menikah dengan mempelai pria yang terbelakang mental seperti Yuan-feng. Maka jadilah Siao Chui sebagai mempelai wanita pengganti bagi Yuan-feng. Dan meski tahu bahwa suaminya cacat mental, namun Siao Chui nampaknya sangat tulus menyayangi Wang Yuan-feng dan tidak keberatan menemaninya main bola maupun melakukan permainan konyol lainnya.

Kabar bahwa Wang Yuan-feng yang idiot memperoleh istri yang cantik jelita, didengar pula oleh tetangganya yang juga bermarga sama, Wang Kuo-ying (Howie Huang) yang mata keranjang dan jahat. Maka setelah melihat sendiri bahwa memang Siao Chui secantik dewi seperti yang dikatakan pembantunya, ia menjadi gusar dan iri hati. Berkali-kali ia mencoba mengganggu mereka dan merayu Siao Chui namun tidak pernah berhasil. Kekesalannya makin bertambah ketika didengarnya Wang Yuan-feng diangkat menjadi pegawai tinggi istana karena berhasil menyelamatkan Kaisar (Gary Chan) ketika Kaisar hendak dibunuh, serta membantu Kaisar memadamkan pemberontakan yang hendak dilakukan oleh Kasim kesayangan Ibu Suri, Chi He (Chan Wing-chun) yang bersekongkol dengan seorang menterinya yang terkemuka, Mao Song-nian (Lee Lung-kee). Selain itu, karena tenggelam dalam sebuah kolam ajaib, kini cacat mental yang diderita Wang Yuan-feng sembuh. Ia menjadi pria normal seutuhnya dan bahkan sangat pandai.

Dalam sebuah pesta yang diadakan di istana, Wang Yuan-feng bertemu dengan putri dari seorang menteri yang bernama Yue Mei (juga diperankan oleh Grace Yu) yang sangat mirip dengan istrinya, Siao Chui. Tidak hanya suara dan gerak gerik, bahkan sifat dan bau harum tubuhnya juga sama hingga Yuan-feng tidak bisa membedakan mereka. Karena melihat bahwa nampaknya Yue Mei menyukai Yuan-feng dan sadar bahwa ia tidak akan bisa memberi suaminya keturunan, Siao Chui mengusulkan agar Yue Mei diperistri pula oleh Yuan-feng. Namun usul ini ditolak oleh Yuan-feng yang hanya mencintai Siao Chui.

Mendengar bahwa Wang Yuan-feng akan memperoleh istri lain yang memiliki kecantikan dan rupa yang sama dengan Siao Chui, Wang Kuo-ying menjadi makin iri dan berniat menculik Yue Mei untuk dirinya sendiri. Namun di tengah jalan, saat mencoba menculik Yue Mei bersama dengan para pembantunya, ia diserang oleh seekor rubah putih yang sangat besar. Rubah itu berhasil menggagalkan niatnya menculik Yue Mei meski sempat terluka oleh bidikan panahnya dan melarikan diri. Saat sampai ke kediaman Yuan-feng, Wang Kuo-ying curiga saat melihat punggung Siao Chui terluka dan berdarah sebab ia berhasil melukai si rubah tepat pada punggungnya pula. Akhirnya di depan semua orang, termasuk di depan Yuan-feng sendiri, ia berhasil membuktikan bahwa Siao Chui bukanlah manusia biasa, melainkan siluman rubah putih. Rupanya ia adalah anak dari induk rubah putih yang dahulu pernah ditolong oleh Yuan-feng ketika terluka akibat sambaran petir dan dikeroyok oleh orang-orang. Siao Chui datang ke Keluarga Wang adalah demi membalaskan hutang budi ibunya di masa silam dengan menjadi menantu keluarga itu…

Bagaimanakah nasib Siao Chui setelah penyamarannya terbongkar di depan semua orang? Bisakah ia dan Wang Yuan-feng bersatu lagi setelah Yuan-feng tahu bahwa istrinya adalah siluman rubah? Dan bagaimana dengan Yue Mei yang juga menyukai Wang Yuan-feng? Maukah Yuan-feng menerimanya sebagai pengganti Siao Chui?               

Part V (Episodes 21–25)
Part V (翁婿鬥法; yang artinya "Fight of the In-Laws" atau “Pertarungan Mertua dan Menantu”)  yang diadaptasi dari Kisah Chang-ting (長亭).

Meski dirinya adalah murid ke lima dari seorang pendeta Tao terkemuka (Lee Lung-kee), namun Shi Da-bu (Howie Huang) memiliki kecerdasan dan kemampuan yang jauh melebihi guru dan saudara-saudara seperguruannya dalam soal ilmu sihir dan mengusir roh jahat karena ia memang memiliki bakat alami dalam hal ini. Satu-satunya hal yang belum dikuasainya adalah cara mengetahui keberadaan siluman rubah serta menghadapi dan membekuknya karena bab tersebut terlalu sulit baginya.

Suatu kali saat gurunya diminta mengusir hantu cabul Hua-Hua Tai Sui (Wilson Tsui) yang merasuki seorang putri keluarga terkemuka, sang guru dan semua saudaranya gagal dan malah pulang dalam keadaan babak belur akibat dihajar si hantu. Berkat bantuan Shi Da-bu, akhirnya hantu itu berhasil diusir keluar. Sejak itu, saudara-saudara seperguruannya menjadi lebih hormat dan menyayangi Da-bu meski ia terkadang masih suka menggoda dan mempermainkan mereka.

Suatu kali datanglah seorang hartawan bernama Tuan Weng (Chen Hung-lieh) yang meminta agar putri keduanya, Weng Hung-ting (Fung Hiu-man), disembuhkan dari sakit misterius yang menimpanya. Tapi karena tak mau membayar uang untuk biaya ‘pengobatan’, maka Tuan Weng yang kikir ini pun tidak jadi meminta pertolongan mereka.

Namun masalah tidak berhenti sampai di situ. Sepulangnya dari kuil si pendeta, Hung-ting malah kesurupan roh Hua Hua Tai Sui sehingga mereka terpaksa meminta pertolongan si pendeta. Putri pertama Tuan Weng yang bernama Chang-ting (Grace Yu) lah yang berangkat untuk memohon pada Da-bu karena ia tahu bahwa meski pada dasarnya bermulut jahil, namun Da-bu sebenarnya berilmu tinggi dan juga pria yang baik, lagipula ia pun sebetulnya menyukai Da-bu sejak pertama kali bertemu. Karena Da-bu sendiri pun diam-diam juga menyukai Chang-ting yang cantik dan baik budi, maka dia bersedia menggantikan gurunya untuk mengusir si hantu. Sayangnya meski berhasil, namun ia malah sempat dikerjai si hantu sampai nyaris mati dan kena tipu Tuan Weng pula, karena ternyata Tuan Weng adalah siluman rubah yang culas dan licik. Akibatnya, Shi Da-bu tidak dapat memberikan uang yang sedianya akan dia berikan untuk keluarganya yang miskin. Namun berkat pertolongan Chang-ting yang bersimpati pada keadaannya yang sudah dicurangi oleh ayahnya, dan berkat bantuan Hua Hua Tai Sui, Shi Da-bu dapat memperoleh uang sebesar 200 tael untuk diberikan pada keluarganya. Tapi karena keserakahan tiap anggota keluarga yang masing-masing ingin memiliki sendiri uang tersebut, Shi Da-bu malah menjadi pusing sendiri.

Hua Hua Tai Sui kemudian menawarkan jalan keluar bagi masalahnya sekaligus cara untuk mempersunting Chang-ting yang disukai Da-bu. Semula Da-bu agak ragu dan takut karena Chang-ting adalah putri siluman rubah namun Hua Hua Tai Sui menjelaskan meski Chang-ting anak siluman rubah, namun gadis itu tidak 100% berdarah siluman, karena ibu Chang-ting adalah manusia biasa yang diperkosa oleh siluman rubah Weng karena tergiur oleh kecantikannya. Dia pun juga menjelaskan bahwa sudah lama Chang-ting ingin keluar dari rumah tersebut karena ia tidak betah melihat kelicikan dan kejahatan ayahnya serta karena ia tidak dianggap sebagai anggota keluarga tersebut lantaran dirinya masih setengah manusia. Hua Hua Tai Sui mengusulkan untuk merasuk kembali dalam tubuh Hung-ting, apalagi karena ia butuh energi gadis muda untuk membuatnya tetap tampan dan awet muda, dan menyuruh Shi Da-bu untuk mengusirnya kembali lalu mengadakan perjanjian dengan Tuan Weng untuk membayarnya separuh harga saja yaitu 500 tael dan sisa upahnya dianggap lunas asal dia diperbolehkan mempersunting Chang-ting sebagai istrinya. Meski akhirnya terpaksa menyetujui, Tuan Weng ternyata punya rencana licik di belakang semua ini. Dengan ilmu sihirnya, ia menghipnotis kedua saudara seperguruan Da-bu, Saudara Ke Tiga (Suen Dalong) dan Saudara Ke Empat (Brian Wong) yang kebetulan ikut datang membantu Da-bu mengusir Hua Hua Tai Sui, lalu menyuruh mereka membakar rumah Da-bu saat Da-bu sedang menjalani upacara pernikahannya hari itu di rumah keluarga Chang-ting. Akibatnya, ia harus pulang ke rumah sebelum upacara selesai dan ia benar-benar sah menjadi suami Chang-ting. Saat hendak menyusul suaminya, Chang-ting malah dikurung ayahnya yang sebetulnya tidak sudi putrinya menikah dengan manusia biasa meskipun sebetulnya putrinya ini tak pernah benar-benar disayanginya. Namun, berkat bantuan Hua Hua Tai Sui pula, Chang-ting akhirnya bisa berkumpul lagi dengan Da-bu. Dengan uang hasil penggadaian simpanan perhiasan yang dimiliki Chang-ting, keluarga Da-bu dapat membeli sebuah penginapan kecil yang hampir gulung tikar dan mengubahnya menjadi rumah makan dan penginapan. Karena kepandaian Chang-ting memasak, restoran dan penginapan mereka menjadi ramai dan terkenal sedangkan kehidupan pernikahan Chang-ting pun nampak bahagia dan rukun selalu.

Tapi Tuan Weng tidak diam saja. Ia tidak suka melihat anaknya bahagia apalagi Raja Rubah menyatakan minatnya untuk mempersunting Chang-ting sebagai istrinya tidak peduli apakah ia sudah dinikahi oleh manusia atau belum. Karena tahu bahwa menantunya itu berilmu cukup tinggi dan tidak mungkin bisa ia kalahkan dengan cara biasa, maka ia menyusun suatu rencana licik yang tidak saja bisa membahayakan nyawa Da-bu maupun Chang-ting namun juga keselamatan seluruh anggota keluarga Shi…

Rencana licik apakah yang disusun oleh Tuan Weng untuk mencelakakan putri dan menantunya serta keluarga menantunya? Dan bisakah Chang-ting dan Shi Da-bu mengatasi rintangan ini?                  

Part VI (Episodes 26–35)
Part VI (秋月還陽; yang artinya kurang lebih "Chiu-yue Returns from Death" atau “Chiu-yue Hidup Kembali dari Kematian”) yang diadaptasi dari Kisah Wu Chiu-yue (伍秋月).

Saat kembali dari perjalanannya menuntut ilmu di Zhejiang menuju ke kota kelahirannya, Gaoyou, dengan menaiki perahu, Wang Ting (Gallen Lo) ditangkap petugas pengadilan karena kedapatan membawa mayat seorang gadis yang dia bungkus rapat dalam sebuah tikar. Saat dirinya disidang dengan tuduhan pembunuhan dan pencurian mayat, Wang Ting dipaksa mengaku oleh sang hakim (Joseph Lee) mengenai siapakah mayat si gadis dan sudah berapa lama ia mati serta apa yang akan dilakukan oleh Wang Ting kepada mayat si gadis tersebut. Mau tak mau akhirnya Wang Ting pun menjelaskan bahwa mayat gadis yang dibawanya itu adalah mayat putri seorang pejabat bernama Wu Chiu-yue (Grace Yu) yang telah mati karena sakit tiga puluh tahun yang lalu. Dan Wang Ting juga menjelaskan bagaimana ia bisa membawa mayat Wu Chiu-yue pulang ke rumahnya serta menceritakan awal mula ia berjumpa dengan hantu si gadis.

Semula, Wang Ting adalah seorang pemuda yang urakan, gemar main-main serta bersikap masa bodoh terhadap masa depannya. Ia tinggal dengan kakak lelakinya, Wang Nai (Chen Hung-lieh), seorang ahli nujum yang ternama di kota tempat mereka tinggal. Wang Nai adalah pria yang baik dan sangat menyayangi adiknya meskipun kerap bersikap keras padanya. Oleh karena itu ketika Wang Ting mengatakan hendak menikahi seorang gadis bernama Yuan Yuan-yuan (Amy Fan) yang mengaku dihamili oleh sang adik, Wang Nai menjadi was-was sebab ia takut adiknya yang naïf dan polos ini hanya dimanfaatkan oleh si gadis dan kakaknya (Wilson Tsui) yang licik. Oleh karena itu, ia menyuruh supaya Wang Ting meminta 8 karakter yang terdapat dalam nama dan tanggal lahir Yuan-yuan (Weton kalau dalam istilah orang Jawa) yang dituliskan di sehelai kertas merah lalu menaruhnya dalam sebuah mangkuk dan ditempatkan di altar leluhur. Apabila dalam 3 hari tidak ada seorang pun dalam keluarga itu yang terjatuh atau memecahkan sesuatu, berarti leluhur keluarga Wang menerima Yuan-yuan sebagai jodoh Wang Ting namun apabila ada yang terjatuh atau ada yang memecahkan barang, berarti Yuan-yuan bukan jodoh Wang Ting. Pada hari pertama dan kedua, tidak terjadi masalah namun pada hari terakhir timbul keanehan. Seorang gadis cantik misterius berbaju putih muncul berkali-kali di hadapan Wang Ting dan beberapa anggota keluarga lain.

Gadis ini kemudian juga bertamu di rumah keluarga Wang dengan dalih mencari Tuan Wang Nai untuk diramal. Namun tiba-tiba saja, gadis ini sengaja mengambil mangkuk berisi kertas merah yang bertuliskan 8 karakter Yuan-yuan dan membuat Wang Ting jatuh terpeleset serta memecahkan mangkuk itu sehingga ia tidak jadi menikah dengan Yuan-yuan. Saat dicari di seluruh rumah untuk menanyakan apa alasan si gadis berbuat demikian, gadis itu sudah menghilang tanpa jejak.

Beberapa hari kemudian, atas penyelidikan diam-diam yang dilakukan kakak ipar Wang Ting, Nyonya Liu (Josephine Lam), barulah Wang Ting sadar dirinya telah ditipu oleh Yuan-yuan dan sahabatnya sendiri sebab anak dalam perut Yuan-yuan bukanlah anak Wang Ting melainkan anak sahabatnya. Mereka bersekongkol dengan kakak Yuan-yuan untuk mengeruk untung dengan memeras Tuan Wang Nai untuk membayar Yuan-yuan agar tak menggugurkan anak dalam kandungannya, yang semula disangkanya sebagai anak adiknya, Wang Ting.       

Sedih dan marah karena ditipu oleh sahabat yang ia sangka bisa ia percayai dan oleh wanita yang dia kira mencintainya setulus hati, Wang Ting mabuk-mabukan dan tidak berani pulang. Saat itulah ia bertemu dengan sosok gadis cantik berbaju putih yang tempo hari membuatnya terpeleset dan memecahkan mangkuk berisi kertas merah almanak Yuan-yuan. Saat menanyakan siapakah jati diri si gadis, gadis cantik tersebut mengaku bahwa namanya adalah Wu Chiu-yue dan ia putri seorang guru nujum terkenal bernama Wu Yuan (Lau Dan) dari Zhejiang. Namun saat hendak menanyakan lebih lanjut mengenai keluarga Wu, gadis itu sudah menghilang. Tapi sejak itu, Wang Ting mulai memikirkan si gadis meski mereka baru beberapa kali bertemu.

Saat menanyakan pada kakaknya yang juga seorang ahli nujum, Wang Nai menjawab tentu ia mengenal Wu Yuan karena ia adalah guru besar yang tersohor dan Wang Nai pernah bertemu dengan sekali di Zhejiang untuk mendengarkan kuliahnya. Tapi karena menulis suatu esai yang isinya menyinggung kaisar, maka sekolah nujum Wu Yuan akhirnya ditutup paksa oleh kerajaan sedangkan Wu Yuan sendiri sudah meninggal tiga puluh tahun tahun yang lalu. Dan saat Wang Nai mengutus pelayannya untuk menanyakan mengenai siapakah nona bernama Wu Chiu-yue dari Zhejiang yang sering disebut-sebut Wang Ting, ternyata memang benar bahwa Wu Chiu-yue adalah putri tunggal dari Wu Yuan namun dia sudah meninggal karena sakit saat usianya baru 18 tahun sekitar tiga puluh tahun yang lampau. Dari permainan ‘Roh Peri Piring’ (semacam papan Ouija versi Cina) yang diajarkan oleh Wu Chiu-yue untuk memanggil dirinya dan ayahnya, Wang Ting memperoleh kepastian mengejutkan: bahwa ia harus pergi ke Zhejiang bila ingin merubah takdir hidupnya dan bahwa Wu Chiu-yue lah jodohnya sebab menurut ramalan Wu Yuan, Wu Chiu-yue memang ditakdirkan menikah dengan Wang Ting di masa depan...

Demi belajar ilmu nujum di bawah bimbingan ayah Wu Chiu-yue sekaligus untuk menemui gadis yang sudah membuatnya benar-benar jatuh cinta ini, Wang Ting akhirnya nekad meninggalkan Gaoyou dan pergi ke Zhejiang sendirian dan tidak mempedulikan larangan Wang Nai yang takut jika adiknya menjadi korban penipuan lagi. Sesampainya di sana, setelah menginap beberapa hari di dalam gedung bekas sekolah nujum Wu Yuan yang kini terlantar dan kosong, Wang Ting dan Wu Chiu-yue akhirnya sering bertemu dan mereka makin saling menyukai. Suatu kali, secara tidak sengaja mereka terpaksa harus berurusan baik dengan petugas pengadilan di alam manusia maupun petugas alam akhirat karena keduanya dianggap telah melanggar hukum baik di dunia manusia maupun dunia akhirat. Saat hendak pulang ke Gaoyou untuk menyelamatkan dirinya dan Wu Chiu-yue, Wang Ting akhirnya nekad menggali jenazah si gadis dari kuburnya dan memboyongnya pulang dengan naik kapal…    

Di lain tempat, meski dirinya berhasil menggunakan wewenangnya sebagai pejabat pengawas alam kematian, dan berkat kesaktian dan pengetahuan nujumnya untuk merubah nasib dan takdir jodoh putrinya, Wu Yuan sadar bahwa perbuatannya ini telah melanggar hukum langit dan menentang takdir, apalagi kecurangannya telah tercium oleh salah seorang pengawas neraka lain yaitu si Hantu Tiga Mata (Brian Wong). Hantu Tiga Mata berhasil mengetahui bahwa nama Wu Chiu-yue tidak tercatat dalam kitab Kehidupan dan Kematian serta tidak pernah bereinkarnasi meskipun ia telah mati tiga puluh tahun yang lalu dan bahwa Wu Yuan lah orang yang berada di balik keanehan ini. Selain itu, ia juga tahu bahwa perjodohan antara Wu Chiu-yue dan Wang Ting adalah upaya Wu Yuan untuk menebus dosa besar yang pernah dilakukannya terhadap leluhur Wang Ting dahulu…           

Bagaimanakah caranya Wang Ting menikahi Wu Chiu-yue sedangkan gadis itu adalah hantu penasaran yang sudah mati 30 tahun yang lalu? Bisakah ia lolos dari hukuman pengadilan yang telah menuduhnya bersalah karena dianggap telah melanggar hukum dengan membawa mayat seseorang tanpa ijin? Lalu bagaimana dengan Yuan-yuan dan anak dalam perutnya? Dan bagaimana dengan nasib Wu Yuan dan Wu Chiu-yue sendiri? Bisakah mereka lolos dari kejaran petugas alam kematian? Dosa besar apakah yang pernah dilakukan Wu Yuan terhadap leluhur Wang Ting dahulu?